Kemarin aku
bercerita kepadamu mengenai badai yang menimpaku. Mengenai segala
kegelisahanku dan pada akhirnya aku melawan badaiku dengan cara
mengikuti kemana badai itu membawaku. Saat ini akan aku lanjutkan
kisahku.
Selama aku mengikuti
arahnya, aku terombang-ambing tanpa arah yang jelas. Sampai suatu
ketika aku datang ke sebuah pameran lukisan. Lukisan yang dibuat di
sana sangat indah, menarik pandangan. Aku pandangi satu per satu
lukisan yang ada disana. Aku berpikir bahwa beruntung sekali mereka
yang memiliki kemampuan luar biasa seperti ini.
Aku berjalan dari
satu lukisan ke lukisan lainnya sambil mencari siapa pelukis-pelukis
hebat ini. Sampai di depan lukisan ada seorang lelaki duduk di kursi
roda dan sedang di wawancarai oleh reporter ternama. Aku terus
memandangi lelaki tersebut. Wajahnya berseri, pakaiannya sangat rapih
tapi setelah aku mendekat lebih lagi ternyata hanya ada satu kaki
yang aku lihat. Ntah kenapa aku malah ingin berkenalan dengannya dan
berbincang lebih banyak.
Aku mendatangi
lelaki itu dan bertanya mengenai lukisan yang dia pandangi sambil
tersenyum. Akhirnya aku berkenalan dengannya dan sesuai yang aku
bayangkan dia memang cerdas. Namanya Tio, dia salah satu pelukis di
pameran ini. Akhirnya aku tahu kalau pameran ini memang di buat untuk
mengapresiasi para disabilitas yang memiliki bakat luar biasa ini.
Pameran ini
menunjukan keahlian dari orang-orang yang istimewa. Ada yang melukis
menggunakan kakinya, ada yang melukis dengan mulutnya dan masih
banyak lagi keistimewaan disana. Dari sebuah pameran lukisan yang
tidak sengaja aku datangi ini membuat badaiku semakin lama semakin
berkurang bahkan aku menemukan cahaya yang cerah sekali.
Di situ aku sadar,
bahwa setiap orang memiliki masalah masing-masing. Ada yang bisa
mengatasi masalahnya ada juga yang malah terjerumus dengan masalahnya
sendiri. Aku hampir terjerumus dengan masalahku jika aku tetap
memandang hidup ini sebagai hal yang membuatku tidak beruntung.
Ternyata aku sangat beruntung. Aku terlahir dengan kondisi sempurna
tapi tidak memandang kesempurnaan itu sebagai sesuatu yang beruntung.
Sementara itu mereka
yang disabilitas menganggap mereka adalah seseorang yang sempurna
dengan segudang keahlian yang tidak dimiliki semua orang. Mereka
adalah kesempurnaan yang tidak disadari oleh banyak orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar