Laman

Kamis, 14 November 2019

Sebuah Harapan


Kemarin aku bercerita kepadamu mengenai badai yang menimpaku. Mengenai segala kegelisahanku dan pada akhirnya aku melawan badaiku dengan cara mengikuti kemana badai itu membawaku. Saat ini akan aku lanjutkan kisahku.

Selama aku mengikuti arahnya, aku terombang-ambing tanpa arah yang jelas. Sampai suatu ketika aku datang ke sebuah pameran lukisan. Lukisan yang dibuat di sana sangat indah, menarik pandangan. Aku pandangi satu per satu lukisan yang ada disana. Aku berpikir bahwa beruntung sekali mereka yang memiliki kemampuan luar biasa seperti ini.

Aku berjalan dari satu lukisan ke lukisan lainnya sambil mencari siapa pelukis-pelukis hebat ini. Sampai di depan lukisan ada seorang lelaki duduk di kursi roda dan sedang di wawancarai oleh reporter ternama. Aku terus memandangi lelaki tersebut. Wajahnya berseri, pakaiannya sangat rapih tapi setelah aku mendekat lebih lagi ternyata hanya ada satu kaki yang aku lihat. Ntah kenapa aku malah ingin berkenalan dengannya dan berbincang lebih banyak.

Aku mendatangi lelaki itu dan bertanya mengenai lukisan yang dia pandangi sambil tersenyum. Akhirnya aku berkenalan dengannya dan sesuai yang aku bayangkan dia memang cerdas. Namanya Tio, dia salah satu pelukis di pameran ini. Akhirnya aku tahu kalau pameran ini memang di buat untuk mengapresiasi para disabilitas yang memiliki bakat luar biasa ini.

Pameran ini menunjukan keahlian dari orang-orang yang istimewa. Ada yang melukis menggunakan kakinya, ada yang melukis dengan mulutnya dan masih banyak lagi keistimewaan disana. Dari sebuah pameran lukisan yang tidak sengaja aku datangi ini membuat badaiku semakin lama semakin berkurang bahkan aku menemukan cahaya yang cerah sekali.

Di situ aku sadar, bahwa setiap orang memiliki masalah masing-masing. Ada yang bisa mengatasi masalahnya ada juga yang malah terjerumus dengan masalahnya sendiri. Aku hampir terjerumus dengan masalahku jika aku tetap memandang hidup ini sebagai hal yang membuatku tidak beruntung. Ternyata aku sangat beruntung. Aku terlahir dengan kondisi sempurna tapi tidak memandang kesempurnaan itu sebagai sesuatu yang beruntung.

Sementara itu mereka yang disabilitas menganggap mereka adalah seseorang yang sempurna dengan segudang keahlian yang tidak dimiliki semua orang. Mereka adalah kesempurnaan yang tidak disadari oleh banyak orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar