Aku ingin bercerita, tentang asal usul bunga edelweiss yang ada di kamarku. Tentang satu masa indah. Tentang seseorang yang menghiasi hidupku. Suatu hari, seorang temanku pergi untuk melakukan pendakian. Sebenarnya aku khawatir dengannya, karena kondisinya saat itu tidak terlalu baik untuk melakukan pendakian, tapi karena dia adalah orang yang keras kepala maka saat itu dia pergi. Aku hanya berpesan kepadanya “jaga kondisi, ingat makan dan jangan lupa solat”. Ia adalah Resky, aku biasa memanggilnya Abang Resky, karena ia lebih tua dua tahun di atasku. Bang Resky hanya mengiyahkan pesanku, ntahlah dia mengingatnya atau tidak.
---
Satu minggu sudah Bang Resky pergi, sepertinya ada sesuatu yang hilang. Dia yang selalu ada kapanpun aku butuhkan. Dia yang selalu menemaniku bbm-an tengah malam. Dia yang selalu memberiku nasehat-nasehat dan motivasi untukku. Dia penyemangatku. Ya aku akui bahwa aku memendam rasa kepada Bang Resky. Aku hanya bisa diam, aku tak berani berkata tentang rasa ini kepadanya.
---
Pagi hari yang indah, aku lari di sekitar komplek ini kebiasaanku karena aku merasa badanku segar sehabis lari pagi. Di taman komplek aku beristirahat, dari kejauhan aku melihat sosoknya. Apa Bang Resky sudah di rumah lagi? Kapan pulangnya? Aku tidak tahu tentang itu, dan kenapa Bang Resky tidak memberiku kabar? Tidak seperti biasanya. Akhirnya aku berjalan pulang, tak mempedulikan siapa dia.
---
Aku membuka gerbang rumahku dan aku kaget Bang Resky sudah ada di rumahku, ternyata benar yang aku lihat tadi adalah Bang Resky. Dia memberiku bunga edelweis, dia bilang “semoga pertemanan kita abadi seperti bunga edelweiss ya”. Aku senang, tapi ntahlah aku merasa janggal. “Pertemanan” ya sepertinya memang begitu, kita hanya bisa berteman, karena ia bukan hanya memberiku bunga edelweiss tapi beserta undangan pernikahannya. Satu minggu lagi ia menikah, ini keputusan yang sangat mendadak. Aku hanya bisa tersenyum hambar dan memberikan ucapan selamat.
---
Suatu hari setelah hari pernikahannya, ia datang. Ia menceritakan kenapa semua serba dadakan. Ia bercerita bahwa Ia di jodohkan oleh orang tuanya, dan pendakian tersebut untuk menenangkan hatinya yang menolak perjodohan tersebut, tapi hanya orangtuanya yang bisa menghilangkan keras kepalanya. Aku tidak terlalu mempermasalahkan itu, karena aku sudah mencoba melupakannya, tapi aku terkejut. Sangat terkejut saat dia berkata “Sebenarnya, kamulah satu-satunya wanita yang ingin aku lihat saat aku bangun di pagi hari”.
---
Aku tahu, aku tidak bisa memilikinya, tapi setidaknya aku pernah mengenalnya, aku pernah dekat dengannya. Satu harapanku cintailah pasanganmu seperti kamu pernah mencintaiku. Mungkin ini jalan terbaik yang harus kita lalui. Terimakasih untuk rasa yang selama ini kamu berikan. Bunga edelweis ini akan selalu menjadi hiasan abadi di kamarku, ya seperti pertemanan kita yang akan selalu abadi.
bella
Tidak ada komentar:
Posting Komentar